Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2025

Pilihlah Teman Yang Membawa Kebaikan

  “Pilihlah teman yang membawa kebaikan”Kalimat sederhana ini menyimpan pesan mendalam: berhati-hatilah dalam menentukan lingkungan pergaulan. Teman bukan sekadar orang yang hadir di sekitar kita. Mereka memiliki pengaruh besar terhadap cara berpikir, sikap, dan kebiasaan kita. Bila kita berteman dengan orang yang berniat baik, jujur, dan hidup dengan nilai positif, maka kita pun terdorong menapaki jalan yang sama. Sebaliknya, bila kita bergaul dengan orang yang sering berbuat buruk, kita bisa ikut hanyut dalam arus yang salah. Karena itu, kita harus bijak dalam memilih teman. Setidaknya ada tiga hal yang patut diperhatikan: Bijak memilih lingkungan .   karena kualitas hidup sangat dipengaruhi oleh siapa yang dekat dengan kita. Mencari teman yang menguatkan .   mereka yang memberi semangat, nasihat, dan teladan baik. Menjaga diri dari pengaruh buruk .   agar tidak mudah terjebak dalam kebiasaan atau perbuatan yang merugikan. ...

Selalu Ada Waktu Tepat.

  Dalam hidup, kita sering merasa ingin segera sampai pada tujuan. Ada kalanya usaha sudah maksimal, tetapi hasil tak kunjung terlihat. Saat itulah muncul rasa cemas, tergesa-gesa, bahkan putus asa. Namun, sesungguhnya setiap hal memiliki waktunya sendiri. Ada “waktu tepat” yang tak bisa dipercepat atau diperlambat.Kesempataan akan datang untuk setiap orang,Ketika waktu itu tiba semua akan berjalan sesuai dengan harapan. Menanti dengan Sabar Tergesa-gesa hanya membuat langkah goyah. Seperti benih yang dipaksa tumbuh sebelum waktunya, hasilnya tidak akan sempurna. Kesabaran mengajarkan kita bahwa proses adalah bagian penting dari perjalanan. Dengan bersabar, kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk belajar dan matang. Jangan Biarkan Putus Asa Menguasai Putus asa adalah pintu tertutup yang kita buat sendiri. Padahal harapan selalu ada, meski jalannya berliku. Selama kita mau mencoba lagi, kesempatan tetap terbuka. Putus asa hanya membuat kita berhenti sebelum waktunya, seme...

Olah Raga Satukan Kita

Gambar
Pagi ini, 18 September 2025, semarak Hari Olahraga Nasional terasa berbeda di UPTD SDN Pamulang 01. Ratusan siswa, guru, dan perwakilan sekolah negeri maupun swasta dari seluruh Kecamatan Pamulang antusias mengikuti lomba “Senam Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”. Kegiatan yang digelar BAPOPSI Kecamatan Pamulang ini diikuti oleh 38 sekolah. Sejak pagi, suasana penuh semangat terlihat jelas di lapangan. Tak hanya menjadi ajang perlombaan, kegiatan ini juga menjadi ruang untuk menumbuhkan minat, bakat, sekaligus membentuk karakter anak sejak dini melalui olahraga. Sambutan dan Pembukaan Acara Acara dibuka dengan sambutan Ketua BAPOPSI Kecamatan Pamulang, Pujo Widodo, yang menekankan pentingnya olahraga sebagai bagian dari pembinaan generasi muda. Sambutan berikutnya disampaikan Kepala SDN Pamulang 01, sekaligus perwakilan Ketua K3S Pamulang oleh ibu Sutiyah, yang secara resmi membuka kegiatan. Rangkaian acara kemudian dilanjutkan dengan doa bersama, memohon kelancaran serta kesu...

Seragam Sekolah: Antara Identitas Kesetaraan dan Beban Orang Tua

  Perdebatan tentang seragam sekolah selalu menjadi isu menarik. Ada yang menilai seragam membatasi kebebasan siswa dalam mengekspresikan diri. Namun, ada pula yang melihat seragam sebagai simbol identitas sekolah sekaligus penanda kesetaraan sosial. Setiap sekolah memang memiliki kewenangan untuk mengatur seragam khas mereka. Motif, warna, hingga aturan penggunaannya menjadi bagian dari identitas sekolah. Sayangnya, masih banyak yang belum disadari masyarakat: seragam itu tidak sepenuhnya “gratis”. Biaya pengadaan sering kali menjadi beban tambahan, padahal aturan seragam tidak seharusnya memberatkan orang tua secara finansial. Aturan Resmi Seragam Nasional Permendikbudristek Nomor 50 Tahun 2022 mengatur penggunaan seragam nasional pada hari Senin dan Kamis. Selain itu, pada hari upacara bendera, siswa diwajibkan mengenakan seragam sesuai jenjang, lengkap dengan atribut seperti topi, dasi, bed, dan logo Tut Wuri Handayani . Meski begitu, sekolah tetap memiliki ruang untuk ...

Berbeda Bukan Terpisah,Justru Menguatkan

  Di dalam kehidupan, kita sering menemukan cerita tentang bagaimana menempatkan diri di tengah lingkungan yang penuh perbedaan. Dunia kerja, misalnya, selalu melahirkan beragam ide. Kadang, ide yang kita anggap brilian belum tentu diterima semua orang. Kita harus siap menerimanya. Yang pasti, setiap gagasan dari rekan kerja pun memiliki keterhubungan dengan apa yang kita pikirkan. Semua itu saling terkait demi kemajuan bersama. Hidup memang selalu menghadirkan perbedaan. Kita lahir dari latar keluarga, budaya, keyakinan, bahkan cara berpikir yang tidak sama. Perbedaan itu nyata, dan sering kali membuat kita merasa terpisah. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, ada benang halus yang mengikat: keterkaitan sebagai sesama manusia. Perbedaan bukan alasan untuk menjauh. Justru di dalam perbedaan itulah kita belajar menghargai, mendengar, dan memahami. Seperti warna dalam lukisan, setiap warna berdiri sendiri, tetapi ketika bersatu melahirkan harmoni indah. Tanpa perbedaan, hidup tera...

Cermin Sikap Terhadap Sesama

  Orang mulia terlihat dari caranya memuliakan orang lain. Orang rendah terlihat dari caranya merendahkan orang lain.” Kalimat sederhana ini menyimpan pesan moral yang kuat tentang nilai diri dan sikap kita terhadap sesama. Orang Mulia Kemuliaan sejati tidak ditentukan oleh harta, jabatan, atau status sosial. Ia tercermin dari cara seseorang menghargai, menghormati, dan mengangkat martabat orang lain. Orang mulia tidak merasa lebih tinggi, justru berusaha membuat orang di sekitarnya merasa berarti. Ia yakin, kemuliaan tidak berkurang meski ia menunduk untuk menghormati. Orang Rendah Sebaliknya, orang rendah bukan rendah hati, melainkan hina—tampak dari kebiasaannya merendahkan orang lain. Mereka mencari nilai diri dengan menjatuhkan sesama. Sikap ini lahir dari hati yang kosong, iri, dan kurang percaya diri. Alih-alih membangun dirinya, mereka memilih mengukur kebesaran dengan memperkecil orang lain. Makna Reflektif Kalimat ini mengajarkan bahwa ukuran kepribadian bu...

Perjalanan Menuju Profesi

  Setiap orang punya cerita tentang jalan yang mereka tempuh sebelum tiba pada profesi yang digeluti hari ini. Ada yang menempuhnya dengan mulus, ada pula yang berliku penuh kejutan. Begitu pula dengan mereka yang akhirnya memilih menjadi guru. Profesi guru sering lahir dari dua hal: panggilan hati atau jalan hidup yang dipertemukan oleh keadaan. Tidak sedikit orang yang sejak kecil bermimpi menjadi guru karena kagum pada sosok pendidik di sekolah. Namun, ada juga yang baru menemukan gairah mengajar ketika berinteraksi dengan anak-anak, membimbing teman sebaya, atau bahkan setelah menjalani profesi lain. Yang menarik, perjalanan menuju profesi ini selalu menyimpan cerita personal yang unik. Seorang mahasiswa jurusan ekonomi bisa saja akhirnya menemukan passion di kelas bimbingan belajar. Seorang sarjana teknik mungkin merasa lebih hidup saat membagikan pengetahuan matematika kepada murid SMA. Pada titik itulah, profesi guru bukan lagi sekadar pekerjaan, melainkan panggilan. M...

Untuk Yang Tak Pernah Bercerita ,Tapi selalu Memberikan Semangat

Gambar
dokumen pribadi Tidak semua orang pandai bercerita. Ada yang memilih diam, menyimpan kisahnya sendiri tanpa merasa perlu membagi setiap detail kehidupan. Namun, justru dari sosok yang pendiam itu sering kita temukan semangat yang tak pernah padam. Ia hadir dengan cara sederhana: memberi dorongan, menyalakan harapan, dan menjadi penopang di saat kita goyah . Dialah orang yang hingga kini menemani saya, baik dalam suka maupun duka. Begitu banyak dukungan yang ia berikan tanpa banyak kata, hanya lewat sikap dan perhatian tulus. Ia berusaha membuat saya merasa kuat menjalani hidup, memberikan dukungan moral dan moril yang tidak pernah putus. Meski usianya tak lagi muda, kesetiaannya untuk terus berjalan bersama, saling mendukung, dan menggapai kebahagiaan tetap terjaga. Keheningan orang semacam ini bukan berarti hampa. Di balik diamnya, ada perhatian yang tidak selalu diucapkan, tetapi nyata terasa. Kita mungkin tidak tahu apa yang ia perjuangkan, apa yang membuatnya kuat, atau luka ap...

Cantinya Seorang Wanita

  Apa itu cantik? Apakah sekadar wajah yang rupawan, kulit yang terawat, atau senyum yang memikat? Pertanyaan ini kerap muncul di tengah masyarakat yang masih menilai kecantikan dari apa yang tampak di mata. Padahal, cantik sejati jauh melampaui penampilan fisik. Cantik seorang wanita adalah harmoni antara keindahan luar dan dalam. Rupa boleh mempesona, tetapi hati yang meneduhkan akan selalu lebih berarti. Wajah bisa memikat, namun sikap yang menginspirasi meninggalkan jejak yang tak mudah hilang. Kecantikan luar adalah anugerah. Ia mampu memikat pandangan pertama, tetapi perlahan akan memudar seiring usia. Sementara kecantikan hati, pikiran, dan perilaku justru tumbuh semakin matang, memberi makna yang lebih dalam. Seorang wanita yang cantik hatinya mampu menebarkan ketulusan, kasih sayang, dan kelembutan dalam sikap. Ia memberi kenyamanan bagi siapa pun yang berada di dekatnya. Wanita yang cantik pikirannya menghadirkan kebijaksanaan, wawasan, dan gagasan yang mencerahkan....

Ada Saat Berlari,Ada Saat Berhenti

  Hidup bukanlah garis lurus yang selalu bergerak cepat. Ada saat kita harus berlari, ada pula saat kita perlu berhenti. Seperti layang-layang yang terbang tinggi menembus awan: kadang ia meninggi, lalu perlahan kembali menyentuh bumi. Semua hanya soal waktu. Karena itu, belajarlah membaca waktumu, jangan terburu-buru. Ungkapan “ada saat berlari, ada saat berhenti” mengajarkan bahwa hidup memiliki ritme dan keseimbangan. Ada fase ketika kita harus bergerak cepat, mengejar peluang, bekerja keras, dan tak menunda. Inilah momen untuk berlari . Namun, ada pula fase ketika kita mesti menepi. Berhenti sejenak bukanlah kelemahan, melainkan kebutuhan: untuk istirahat, merenung, menata ulang langkah, atau sekadar menguatkan diri sebelum melanjutkan perjalanan. Jika kita hanya berlari tanpa henti, tubuh akan lelah, pikiran kehilangan arah, dan tujuan pun bisa kabur. Sebaliknya, jika hanya berhenti tanpa pernah melangkah, kita tidak akan sampai ke mana pun. Hidup selalu menuntut keduanya...

Putus asa itu dosa

“Putus asa itu dosa” bukan sekadar ungkapan, melainkan peringatan mendalam agar manusia tidak kehilangan harapan kepada Allah dalam keadaan apa pun. Putus asa berarti hilangnya keyakinan bahwa rahmat, pertolongan, dan ampunan Allah selalu terbuka. Ketika seseorang merasa hidupnya buntu lalu meyakini bahwa Allah tidak lagi peduli padanya, di situlah muncul sikap putus asa yang dilarang dalam ajaran agama. Mengapa disebut dosa? Karena putus asa sama saja meragukan kasih sayang dan kekuasaan Allah. Padahal, Al-Qur’an menegaskan bahwa rahmat-Nya jauh lebih luas daripada dosa-dosa manusia. Tidak ada kesalahan sebesar apa pun yang tak bisa diampuni jika seorang hamba bertaubat dengan tulus. Maka, menyerah pada keputusasaan sama artinya menutup pintu harapan yang justru telah Allah buka begitu lebar. Ujian Selalu Bersanding dengan Jalan Keluar Larangan berputus asa sejatinya adalah ajakan untuk tetap optimis, sabar, dan berbaik sangka kepada Allah. Hidup memang penuh ujian, tetapi set...

Bersama mu,Aku Tak Akan Menyerah

  “Bersamamu aku tak akan menyerah” bukan sekadar rangkaian kata manis. Kalimat ini menyimpan makna emosional yang dalam. Ia mencerminkan keyakinan bahwa kehadiran seseorang bisa menjadi sumber kekuatan untuk bertahan di tengah kerasnya hidup. Kebersamaan menyalakan kembali semangat, saat kesendirian hampir membuat kita rapuh. Ada rasa percaya, dukungan, dan cinta yang menjelma menjadi energi untuk terus berjuang. Kata “tak akan menyerah” melambangkan tekad yang kokoh. Sementara itu, kata “bersamamu” menegaskan pentingnya peran orang lain sebagai pendamping yang memberi harapan. Pada akhirnya, kalimat ini bukan hanya janji, melainkan refleksi tentang betapa besar arti kebersamaan dalam menjaga daya juang manusia. Namun, ada satu hal yang lebih mendasar. Sebagai manusia, sejatinya kita hanya bisa bersungkur kepada Allah . Bersungkur berarti menundukkan diri, menyerahkan seluruh jiwa dan raga dalam sujud, serta mengakui kelemahan di hadapan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Ia ...

Tetaplah baik,tetaplah tulus kepada siapapun

  Tetaplah Baik, Tetaplah Tulus kepada Siapapun Pesan sederhana ini terdengar ringan, namun menyimpan makna yang dalam: “Tetaplah baik, tetaplah tulus kepada siapapun.” 1. Kebaikan jangan bersyarat Kebaikan sejati lahir dari hati, bukan dari timbal balik. Kita tidak perlu menunggu orang lain bersikap manis dulu baru membalasnya. Jika kebaikan diikat syarat, maka ia kehilangan ketulusan. 2. Tulus berarti tanpa pamrih Senyum, bantuan kecil, atau sekadar mendengar dengan hati—semua menjadi bermakna ketika dilakukan ikhlas. Tak peduli ada balasan atau tidak, ketulusan selalu bernilai. 3. Kepada siapapun Kebaikan tak hanya untuk keluarga dan sahabat, tetapi juga untuk orang asing, bahkan kepada mereka yang pernah menyakiti kita. Inilah ujian tertinggi ketulusan: tetap memberi meski pernah dilukai. 4. Kebaikan adalah identitas Kebaikan bukan reaksi sesaat, melainkan sikap hidup. Ia membentuk karakter, membedakan kita dari orang lain, sekaligus menjadi jati diri yang uni...

Berhenti berpura-pura

  Berpura-pura itu melelahkan. Mengejar cinta manusia pun sering kali menguras energi. Daripada sibuk mencari pengakuan, lebih baik kita fokus mencari ridho Allah. Dari situlah akan datang ketenangan dan pertemanan yang tulus. Kalimat “lebih baik ditinggal teman karena harus jadi diri sendiri, daripada harus pura-pura menjadi orang lain” adalah pesan sederhana tentang kejujuran pada diri. Kadang kita dihadapkan pada pilihan: tetap setia pada jati diri meski tidak semua orang menerima, atau berpura-pura agar bisa diterima lingkungan. Jika kita memilih berpura-pura, mungkin kita tidak kehilangan teman, tetapi kita bisa kehilangan diri sendiri. Dan itu jauh lebih menyakitkan. Harga diri lebih berharga daripada sekadar diterima orang lain. Persahabatan sejati tidak menuntut kita menjadi sosok lain. Jika ada teman yang meninggalkan hanya karena kita menjadi diri sendiri, maka sesungguhnya mereka bukanlah teman sejati. Lebih Baik Kehilangan Teman yang Salah Ungkapan “lebih baik ...