Ada Saat Berlari,Ada Saat Berhenti
Hidup bukanlah garis lurus yang selalu bergerak cepat. Ada saat kita harus berlari, ada pula saat kita perlu berhenti. Seperti layang-layang yang terbang tinggi menembus awan: kadang ia meninggi, lalu perlahan kembali menyentuh bumi. Semua hanya soal waktu. Karena itu, belajarlah membaca waktumu, jangan terburu-buru.
Ungkapan
“ada saat berlari, ada saat berhenti” mengajarkan bahwa hidup memiliki
ritme dan keseimbangan. Ada fase ketika kita harus bergerak cepat, mengejar
peluang, bekerja keras, dan tak menunda. Inilah momen untuk berlari.
Namun, ada pula fase ketika kita mesti menepi. Berhenti sejenak bukanlah
kelemahan, melainkan kebutuhan: untuk istirahat, merenung, menata ulang
langkah, atau sekadar menguatkan diri sebelum melanjutkan perjalanan.
Jika
kita hanya berlari tanpa henti, tubuh akan lelah, pikiran kehilangan arah, dan
tujuan pun bisa kabur. Sebaliknya, jika hanya berhenti tanpa pernah melangkah,
kita tidak akan sampai ke mana pun. Hidup selalu menuntut keduanya: berlari di
saat berjuang, berhenti di saat menenangkan diri.
Berhenti
tidak sama dengan menyerah. Justru berhenti adalah kesempatan untuk:
· Istirahat:
memberi ruang bagi tubuh dan pikiran untuk pulih.
· Merenung:
meninjau kembali arah, keputusan, dan makna perjalanan.
· Menata
ulang langkah: memperbaiki strategi agar lebih efektif.
· Menguatkan
diri:
mengisi kembali energi, motivasi, dan keyakinan.
Dengan kata lain, berhenti adalah
bagian penting dari proses. Tanpa jeda, kita bisa kehilangan tenaga, arah,
bahkan makna perjuangan itu sendiri.
Pada akhirnya, hidup mengajarkan
bahwa tidak ada yang abadi. Semua datang dan pergi sesuai waktunya. Karena itu,
jangan takut berhenti sejenak. Kuatkan diri, mantapkan langkah, dan terus maju
ke arah yang lebih baik. Yakinlah, Allah senantiasa menolong setiap perjalanan
yang dijalani dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.
Komentar
Posting Komentar