Cermin Sikap Terhadap Sesama

 

Orang mulia terlihat dari caranya memuliakan orang lain. Orang rendah terlihat dari caranya merendahkan orang lain.”
Kalimat sederhana ini menyimpan pesan moral yang kuat tentang nilai diri dan sikap kita terhadap sesama.

Orang Mulia

Kemuliaan sejati tidak ditentukan oleh harta, jabatan, atau status sosial. Ia tercermin dari cara seseorang menghargai, menghormati, dan mengangkat martabat orang lain.
Orang mulia tidak merasa lebih tinggi, justru berusaha membuat orang di sekitarnya merasa berarti. Ia yakin, kemuliaan tidak berkurang meski ia menunduk untuk menghormati.

Orang Rendah

Sebaliknya, orang rendah bukan rendah hati, melainkan hina—tampak dari kebiasaannya merendahkan orang lain. Mereka mencari nilai diri dengan menjatuhkan sesama.
Sikap ini lahir dari hati yang kosong, iri, dan kurang percaya diri. Alih-alih membangun dirinya, mereka memilih mengukur kebesaran dengan memperkecil orang lain.

Makna Reflektif

Kalimat ini mengajarkan bahwa ukuran kepribadian bukanlah apa yang dimiliki, melainkan bagaimana memperlakukan sesama.
Orang yang benar-benar berharga tidak takut kehilangan wibawa ketika memuliakan orang lain. Sebaliknya, orang yang rapuh merasa perlu menjatuhkan orang lain agar dirinya tampak tinggi.

Kemuliaan selalu tampak dalam sikap menghormati dan memuliakan. Kerendahan selalu terlihat dalam sikap merendahkan dan meremehkan.

Kemuliaan dalam Kehidupan

Al-Qur’an mengingatkan, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13). Artinya, kemuliaan tidak terletak pada rupa atau pangkat, tetapi pada ketakwaan.
Ketakwaan itu tampak dalam ibadah, dalam cara menjaga lisan, dan dalam sikap keseharian. Dari sanalah terlihat baik-buruknya seseorang, bukan dari kepura-puraan atau basa-basi sosial.

Sungguh menyedihkan jika ada orang yang dikenal baik, namun berbeda antara hati dan lisannya. Ketika berhadapan dengan mereka yang sedang menghadapi masalah, seharusnya ia hadir dengan tulus. Solusi terbaik lahir dari hati yang jernih, bukan dari kata-kata manis tanpa makna.

Doa yang ikhlas seringkali lebih berarti daripada pujian yang penuh kepura-puraan. Semoga setiap ucapan dan penghargaan yang kita berikan lahir dari hati yang tulus untuk menguatkan sesama.

Pada akhirnya, kemuliaan seseorang tidak terletak pada apa yang ia kumpulkan, melainkan pada kebaikan yang ia tebarkan.
Mari belajar memuliakan, bukan merendahkan. Karena sesungguhnya, sikap itu adalah cermin siapa diri kita sebenarnya.

Salam sehat, tetap semangat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruslah merasa haus dengan terus belajar

Tuhan senatiasa bersamamu

P5 di kembalikan ke kegiatan kokurikuler