Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Tak perlu lebih hebat dari orang lain.

  Hidup bukan tentang siapa yang paling hebat. Hidup juga bukan perlombaan untuk menjadi yang terbaik di mata orang lain. Sesungguhnya, hidup adalah tentang siapa yang berbuat baik, tanpa pura-pura baik. Kalimat “Tak perlu lebih hebat dari orang lain” mengingatkan kita bahwa ukuran keberhasilan maupun kebahagiaan sejati tidak pernah ditentukan oleh pencapaian orang lain. Kita hanya perlu fokus pada pengembangan diri, bukan terjebak dalam persaingan yang melelahkan. ·        Setiap orang punya jalan hidup yang berbeda. ·        Iri hati hanya akan menguras energi. ·        Kebahagiaan tidak ditentukan oleh ranking sosial. Seseorang bisa saja terlihat hebat di mata publik, tetapi belum tentu benar-benar bahagia. Karena itu, yang paling penting adalah menemukan makna dalam usaha, proses, dan kehidupan kita sendiri. Bukan obsesi untuk lebih unggul dari orang lain, melainkan usaha untuk ...

Pelatihan PM bacth 4

Gambar
Semua ada waktunya. Begitu pula dengan perjalanan belajar kita sebagai guru. Setiap langkah yang kita tempuh sesungguhnya tidak lepas dari izin Allah. Malam ini, saya ingin menuliskan pengalaman hari kedua mengikuti kegiatan Pelatihan Mandiri (PM) Batch 4 untuk guru SD, PKBM, dan SKH-KS di UPTD SDN Pamulang Indah . Syukur alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar. Hari Pertama: Menyusun Peta Konsep Pada hari pertama, setelah acara pembukaan, para peserta dibagi ke dalam kelompok. Bersama kelompok, kami mulai menyusun peta konsep RPP PPB (Pola Pikir Bertumbuh) . Ada empat komponen penting di dalamnya: identifikasi, asesmen, desain pembelajaran, dan pengalaman belajar. Kami juga mendalami peta konsep PPB , yang memuat: ·        Apa itu Pola Pikir Bertumbuh, ·        Mengapa PPB dibutuhkan, ·        Perbedaan Pola Pikir Tetap (PPT) dan PPB, ·        Hingga perbandingan an...

Belajar dari luka

  Belajar dari luka berarti mengubah rasa sakit menjadi sumber kebijaksanaan. Setiap luka, baik fisik maupun batin, selalu menyimpan pesan tersembunyi yang hanya bisa kita pahami jika berani menghadapinya. Luka mengajarkan kerendahan hati, sebab di titik itu kita sadar betapa rapuhnya diri. Luka juga melatih kesabaran, karena penyembuhan tidak pernah terjadi seketika. Dari luka, kita belajar arti keteguhan, keberanian untuk bangkit, sekaligus kemampuan memaafkan—baik orang lain maupun diri sendiri. Ia menjadi cermin bahwa hidup bukan tentang menghindari sakit, melainkan menemukan makna di baliknya. Dengan begitu, luka tidak lagi hanya meninggalkan bekas, melainkan berubah menjadi jalan menuju kedewasaan. Luka yang kita alami tidak berhenti pada rasa perih atau bekas yang membekas di hati. Ia justru bisa menjadi titik balik yang membentuk kepribadian lebih matang. Saat seseorang mampu mengolah luka, ia belajar tentang ketabahan, keikhlasan, dan kekuatan untuk bangkit. Dari penga...

Mari Mendewasa

  Mari mendewasa” bukan sekadar ajakan untuk bertambah usia. Kedewasaan tidak identik dengan angka di KTP atau jumlah tahun hidup. Mendewasa adalah proses bertumbuh, berani menghadapi kenyataan, serta belajar mengambil tanggung jawab atas pilihan hidup. Ajakan ini mengandung makna agar kita tidak lagi terjebak pada sikap kekanak-kanakan: mudah menuntut, gemar mengeluh, atau lari dari masalah. Sebaliknya, kita diajak menghadapi hidup dengan lebih bijak—menahan ego, menerima perbedaan, dan mengelola emosi dengan tenang. Mendewasa juga berarti berani belajar dari luka dan kegagalan. Alih-alih meratapinya, kita menjadikannya pelajaran berharga. Orang yang dewasa bukan berarti tidak lagi bersedih, melainkan tahu cara bangkit dan melangkah lebih kuat. Dari setiap luka, lahir ketabahan. Dari setiap kegagalan, tumbuh kebijaksanaan. Karena itu, “mari mendewasa” adalah undangan untuk bersama-sama naik kelas dalam hidup. Bukan sekadar menjadi tua, melainkan bertumbuh menjadi manusia yan...

Untukmu Yang Tengah Patah,Bangkitlah..

Patah hati, gagal meraih mimpi, atau kehilangan sesuatu yang berharga sering membuat dunia terasa runtuh. Luka itu nyata, perihnya sulit disangkal. Namun, jangan biarkan kepedihan menenggelamkan seluruh harapanmu. Setiap manusia diberi ruang untuk jatuh, tapi tidak semua berani berdiri kembali. Justru di situlah kekuatanmu diuji. Bangkit bukan berarti melupakan begitu saja. Bangkit adalah menerima luka, belajar darinya, lalu melangkah dengan hati yang lebih kuat. Ingatlah, patah bukan akhir perjalanan, melainkan tanda bahwa engkau masih berjuang. Hidup selalu memberi kesempatan kedua bagi mereka yang mau mencoba. Maka, jangan berhenti di titik rapuhmu. Ambil napas panjang, tegakkan kepala, dan susun langkah baru. Esok selalu menyimpan cahaya bagi mereka yang berani melewati malam tergelap. Untukmu yang tengah patah, bangkitlah—sebab dunia masih menunggumu menorehkan kisah yang indah. Dunia Tidak Berhenti Hanya Karena Kita Terluka Kalimat “Untukmu yang tengah patah, bangkitlah...

Pilihan Hidup

  Jahat atau baik bukan sekadar urusan masa lalu. Bahagia dan derita pun tidak lahir dari sejarah yang sudah lewat. Semua itu adalah buah dari pilihan hidup yang Allah amanatkan kepada kita hari ini. Pilihan yang Allah berikan sejatinya adalah ujian. Melalui akal, hati, dan kehendak bebas, kita diberi kemampuan menentukan arah hidup: menuju kebaikan atau tergelincir dalam keburukan. Karena itu, setiap pilihan bukanlah hak semata, melainkan tanggung jawab besar yang kelak dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Pilihan Menentukan Arah Hidup Ada beberapa cara sederhana untuk memahami makna pilihan: ·        Pilihan hidup menentukan arah, bukan masa lalu. Kebaikan dan keburukan yang kita lakukan hari ini lebih berpengaruh pada kebahagiaan dibanding apa yang sudah berlalu. ·        Bahagia dan derita lahir dari pilihan saat ini. Masa lalu hanyalah catatan. Yang terpenting adalah bagaimana kita memilih bersika...

Yang kita bawa mati bukan harta,Tapi hati yang bersih

  Yang kita bawa mati bukan harta, tapi hati yang bersih.” Kalimat sederhana ini adalah pengingat yang sering kita lupakan. Hidup di dunia seakan mendorong kita untuk terus mengejar kekayaan, jabatan, dan prestasi. Namun, semua itu akan berhenti ketika napas terakhir terlepas. Tidak ada harta, pangkat, atau popularitas yang akan menemani kita ke liang lahat. Yang tersisa hanyalah amal perbuatan, ketulusan hati, dan iman yang kita rawat sepanjang hidup. Makna Hati yang Bersih Hati yang bersih berarti bebas dari dendam, iri, dan kebencian. Sebaliknya, ia dipenuhi kasih sayang, kejujuran, dan rasa syukur. Dengan hati semacam ini, seseorang mampu menjalani hidup dengan tenang, ikhlas, dan damai—baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Hati yang bersih juga membuat kita tidak mudah goyah oleh masalah. Kita mampu memaafkan, bersikap adil, dan melihat kehidupan dengan lapang dada. Inilah bekal yang akan bernilai di hadapan Sang Pencipta, jauh lebih abadi dibanding harta da...

Jangan Genggam Erat yang tak bisa kau bawa ke kubur

  Sesibuk dan sepenting apa pun hidupmu di atas bumi, dunia yang kau genggam tak akan ikut masuk ke liang lahat. Ingatlah, semua akan mati. Maka, jangan pernah mempertahankan mati-matian apa pun yang tak akan kau bawa mati. Pada akhirnya, setiap manusia akan berpulang. Karena itu, tak bijak jika kita terlalu ngotot, berjuang habis-habisan, atau melekat pada sesuatu yang hanya bersifat sementara dan tak bernilai di akhirat. Harta, jabatan, popularitas,semuanya fana. Yang benar-benar kita bawa mati hanyalah amal, kebaikan, dan integritas diri. Terlalu mempertahankan hal-hal yang sementara justru bisa membuat kita lupa pada yang kekal. Kalimat ini mengajak kita untuk memilah mana yang layak diperjuangkan. Fokuslah pada hal-hal yang bernilai abadi, bukan sekadar memenuhi keinginan sesaat. Ada banyak hal besar dalam hidup yang terlupakan, sementara hal kecil justru melekat erat di kepala. Memori bukan soal besar atau kecilnya peristiwa, tetapi tentang rasa yang menyertainya. Jik...

Pujian dan Hinaan Hanya Sementara ,Ridho Allah Selamanya

  Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata: “Kamu tidak akan pernah bisa membuat semua orang ridho kepadamu. Sebaik apa pun dirimu, akan selalu ada yang mencela. Setulus hatimu, akan tetap ada yang salah paham. Maka jangan buang waktumu dengan penilaian manusia. Perbaiki hubunganmu dengan Allah. Saat Allah ridho, hatimu akan tenang. Tak lagi peduli pada pujian atau hinaan. Hari ini kamu dihina, besok dipuji. Tapi Allah mencintaimu, bahkan saat seluruh dunia membelakangimu. Cukupkan hatimu dengan ridho-Nya.” Pesan ini sederhana, tetapi menampar kesadaran kita. Kita memang tidak pernah bisa membuat semua orang senang. Setiap orang memiliki sudut pandang, harapan, dan penilaian yang berbeda. Bahkan saat kita berbuat baik, akan selalu ada yang salah paham, iri, atau tidak menyukai cara kita. Daripada menghabiskan energi untuk mencari pengakuan dari semua orang, lebih bijak jika kita fokus menjalani hidup dengan jujur, tulus, dan selaras dengan nilai kebaikan. Ridho manusia terbat...

Mereka hanya melihat hasil akhir.

  Mereka hanya melihat hasil akhir ”Kalimat ini sederhana, namun menyimpan makna yang dalam. Dalam kehidupan, banyak orang cenderung menilai atau menghargai seseorang hanya dari pencapaiannya. Mereka melihat medali, gelar, jabatan, atau keberhasilan yang tampak di permukaan. Namun, mereka lupa,atau mungkin memang tidak tahu, tentang proses panjang yang telah dilalui. Tentang keringat yang mengering di tengah malam, tangis yang disembunyikan di balik senyum, kegagalan yang menyakitkan, hingga pengorbanan yang tak pernah diceritakan. Kita hidup di tengah budaya yang sering kali memuja hasil, tapi abai pada proses. Padahal, di balik setiap keberhasilan ada jalan terjal yang tak semua orang kuat menjalaninya. Bila kita hanya fokus pada akhir cerita, kita bisa menjadi tidak adil dalam menilai seseorang. Seseorang yang belum "berhasil" bukan berarti gagal. Bisa jadi, ia sedang berproses, sedang belajar, sedang tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya. Hargai Proses, Bukan Se...

Perjuangan yang tak terlihat.

  “ Mereka hanya melihat hasil akhir ”Kalimat ini sederhana, namun menyimpan makna yang dalam. Dalam kehidupan, banyak orang cenderung menilai atau menghargai seseorang hanya dari pencapaiannya. Mereka melihat medali, gelar, jabatan, atau keberhasilan yang tampak di permukaan. Namun, mereka lupa, atau mungkin memang tidak tahu, tentang proses panjang yang telah dilalui. Tentang keringat yang mengering di tengah malam, tangis yang disembunyikan di balik senyum, kegagalan yang menyakitkan, hingga pengorbanan yang tak pernah diceritakan. Kita hidup di tengah budaya yang sering kali memuja hasil, tapi abai pada proses. Padahal, di balik setiap keberhasilan ada jalan terjal yang tak semua orang kuat menjalaninya. Bila kita hanya fokus pada akhir cerita, kita bisa menjadi tidak adil dalam menilai seseorang. Seseorang yang belum "berhasil" bukan berarti gagal. Bisa jadi, ia sedang berproses, sedang belajar, sedang tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya. Hargai Proses, Bukan...

Tetaplah kuat dalam menghadapi apapun

  Tetaplah kuat dalam menghadapi apapun, 5 Agustus 2025. Tetaplah kuat dalam menghadapi apa pun berarti menjaga keteguhan hati, meski kehidupan menghadirkan tantangan yang berat. Dalam perjalanan hidup, tidak semua hal berjalan sesuai harapan. Ada masa-masa sulit, kegagalan, kehilangan, atau kekecewaan yang bisa mengguncang semangat. Namun, kekuatan sejati bukanlah tentang tidak pernah merasa sedih atau takut, melainkan tentang kemampuan untuk tetap melangkah meski hati terasa rapuh. Keteguhan itu lahir dari keyakinan bahwa setiap ujian membawa pelajaran, dan setiap luka bisa menjadi pintu menuju pemulihan.  Dengan tetap kuat, kita belajar menerima, beradaptasi, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh. Jadi, seberat apa pun beban yang sedang dipikul, jangan menyerah. Percayalah, badai pasti berlalu, dan sinar mentari akan kembali muncul setelah gelap. Arti dari "kekuatan sejati bukanlah tentang tidak pernah merasa sedih atau takut" adalah bahwa menjadi kuat bukan ...

Hanya Kekuranganmu

  Hanya kekuranganmu.Menjadi tulisan saya malam ini Senin 4 Agustus 2025 di kompasiana. Kalimat itu menjadi perenungan panjangku hari ini. Ungkapan ini bisa bermakna banyak, tergantung konteksnya. Tapi secara umum, ia menunjuk pada sisi yang belum sempurna dari diri seseorang celah-celah yang tak luput dari sorotan mata orang lain. Hari ini, aku kembali berhadapan dengan cermin kehidupan: komentar orang lain tentang diriku. Entah sudah berapa kali aku mendengar kalimat-kalimat serupa, tentang apa yang kurang dari diriku. Tentang hal-hal yang seharusnya aku lakukan lebih baik. Seharusnya begini. Seharusnya begitu. Tentang mengapa aku begini, dan tidak seperti mereka.   Perlahan aku mulai sadar, ternyata sebagian orang tidak benar-benar tertarik mengenalku secara utuh. Mereka hanya tertarik pada kekuranganku. Mereka hanya menyebut sisi yang belum sempurna  bagian-bagian yang mereka soroti terus-menerus. Mereka tak melihat prosesku, perjuanganku, langkah-langkah kecil...

Paksakan diri untuk bersyukur

  Paksakan Diri untuk Bersyukur Pesan untuk Sahabat Sahabatku, Tak semua hari terasa mudah. Ada pagi-pagi yang berat, di mana bangun tidur pun seperti perjuangan. Ada malam-malam panjang yang dilalui dengan air mata dan kecemasan. Ada fase hidup ketika semua tampak abu-abu dan tidak ada yang terasa cukup. Di saat-saat seperti itulah, bersyukur terasa paling sulit. Tapi izinkan aku berkata jujur, sahabat: justru di saat seperti itulah kita harus memaksakan diri untuk bersyukur . Bukan karena semua baik-baik saja, tetapi karena bersyukur adalah jalan agar semuanya bisa menjadi lebih baik . Bersyukur Itu Tidak Selalu Muncul Sendiri Kita sering keliru mengira bahwa rasa syukur akan datang dengan sendirinya, seiring dengan datangnya kebahagiaan atau keberhasilan. Tapi kenyataannya, hidup tidak selalu memberi kita alasan instan untuk bersyukur. Terkadang, kita harus mencarinya—bahkan memaksanya keluar dari balik awan gelap. Memaksakan diri untuk bersyukur bukan berarti membo...