Guru bukanlah hakim
Guru bukanlah hakim,Menjadi tulisan saya di kompasiana malam ini "Guru bukanlah hakim" berarti peran guru bukan untuk menghakimi atau menghukum, tetapi untuk membimbing, mendidik, dan memahami murid. Guru seharusnya melihat setiap kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, bukan untuk menjatuhkan. Tugas utama guru adalah membantu siswa tumbuh, bukan menilai mereka dengan keras.Dalam menjalankan tugasnya guru sering di hadapkan pada pilihan yang membuat nya harus bisa mengambil Keputusan untuk menghadapi karakter siswa yang berbagai macam,guru berusaha mencari jalan keluarnya. "Tugas utama guru adalah membantu siswa tumbuh, bukan menilai mereka dengan keras" Seorang guru seharusnya fokus pada mendampingi, membimbing, dan mendorong perkembangan siswa, baik dalam hal pengetahuan, sikap, maupun karakter. Guru bukanlah pihak yang hanya memberikan penilaian atau hukuman secara keras ketika siswa melakukan kesalahan. Sebaliknya, guru harus melihat potensi, memahami latar belakang siswa, dan memberikan dukungan agar siswa bisa belajar dari kesalahan dan menjadi pribadi yang lebih baik, guru adalah pembimbing yang penuh kasih, bukan hakim yang menghakimi, "guru adalah pembimbing yang penuh kasih, bukan hakim yang menghakimi" Seorang guru seharusnya mendampingi siswa dengan hati yang sabar, pengertian, dan penuh perhatian, bukan justru menghukum atau menghakimi siswa atas kesalahan mereka. Guru bukan sosok yang hanya melihat benar atau salah, melainkan seseorang yang membantu siswa belajar, tumbuh, dan berkembang, bahkan dari kesalahan yang mereka buat. Dengan kasih sayang, guru membentuk karakter, bukan hanya memberi penilaian. Jadi, tugas guru adalah mendidik dengan empati, bukan mengadili.Guru adalah pembimbing yang salah di benahi, yang benar di kuatkan,bukan sekedar menyampaikan isi kepala,tapi menyentuh sisi jiwa.Kadang terlalu mudah bagi kita memberi nilai merah,tapi lupa memberi ruang belajar.Terlalu cepat menunjuk kesalahan,tapi lambat dalam mengapresiasi usaha. "Guru bukan penguasa kurikulum, karena guru adalah sahabat dalam belajar" Seorang guru tidak seharusnya hanya berperan sebagai pelaksana kaku dari isi kurikulum atau penekan aturan, melainkan menjadi pendamping yang ramah dan mendukung proses belajar siswa. Guru bukan sekadar menyampaikan materi, tapi juga membangun hubungan yang hangat dan bersahabat dengan siswa agar mereka merasa nyaman, termotivasi, dan senang belajar, guru hadir bukan untuk menguasai, tetapi untuk menemani dan memfasilitasi pertumbuhan siswa dengan cara yang manusiawi dan menyenangkan. "Anak bukan papan tulis kosong yang harus diisi" Anak bukanlah makhluk pasif yang hanya menunggu diisi dengan pengetahuan dari luar. Mereka sudah memiliki potensi, pemikiran, perasaan, dan pengalaman sendiri. Tugas pendidik bukan sekadar "menuangkan" ilmu, tetapi menggali, membimbing, dan mengembangkan apa yang sudah ada dalam diri anak. Hal ini menekankan bahwa pendidikan yang baik harus menghargai keunikan, kreativitas, dan kemampuan berpikir anak, bukan hanya memaksakan isi kurikulum atau mengharuskan anak menerima tanpa berpikir,dalam pertumbuhannya pun anak beragam dan itu bukan masalah yang penting mereka bertumbuh. Mari kita menjadi guru yang menemani perjalanan belajar siswa dengan sabar dan empati, bukan menghakimi saat mereka salah. Dengan mendampingi, kita membantu mereka tumbuh, belajar dari kesalahan, dan menjadi lebih percaya diri. "Menjadi cermin yang jernih, bukan kaca pembesar kesalahan" Kita diajak untuk menjadi pribadi yang memberi pantulan yang jujur dan bijak, membantu orang lain melihat dirinya dengan lebih baik, bukan justru memperbesar atau memperparah kesalahan mereka. Cermin yang jernih mencerminkan apa adanya dengan maksud memperbaiki, sedangkan kaca pembesar hanya fokus pada kekurangan. Jadi, kita seharusnya mendorong perbaikan, bukan mempermalukan.Karena itu sejatinya. "Karena itu sejatinya pendidikan bukan tentang siapa yang paling tahu, tapi tentang siapa yang paling peduli" Pendidikan yang baik tidak hanya diukur dari seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang, tetapi dari kepedulian dan ketulusan dalam membimbing dan mendampingi siswa. Guru yang hebat bukan hanya yang pintar, tetapi yang peduli pada perkembangan, perasaan, dan kebutuhan muridnya. Kepedulian inilah yang membuat proses belajar menjadi bermakna dan menyentuh hati.Salam sehat dan tetap semangat.
Komentar
Posting Komentar